Daniel Yoga Perdana [link source]
Yogyakarta, 1997
Di suatu sore, saya celingak-celinguk di depan stadion sepakbola di dekat Samsat seusai menonton pertandingan SMP kami melawan SMP lain di Jogja. Saya bingung mau naik bis apa untuk menuju ke SMP 5, karena kebetulan sore tersebut saya ada les di sekolah. Tiba-tiba dari dalam stadion muncul lah Yogex dengan sepeda motornya lewat di depan hidung saya, dan langsung dengan semangat '45 saya lagsung berteriak-teriak memanggilnya, dan membujuknya untuk mengantarkan saya kembali ke sekolah. Untunglah si Yogex dengan semangat heroisme tinggi bersedia mengantarkan saya ke sekolah, sehingga saya dapat mengikuti les sore tersebut.
**********
Yogyakarta, 1998
Di sebuah malam pelantikan anggota KPK Padmanaba, kami siswa-siswi baru saling dipasangkan berdua-dua dan ditutup matanya. Pada saat ditutup mata, saya kemudian dituntun oleh senior, kemudian digandengkan dengan sebuah tangan tanpa saya tahu itu tangan siapa, dan kami diwajibkan saling menjaga agar tidak ada yang terjatuh saat diputar-putarkan entah kemana. Tangan yang saya gandeng tersebut kebetulan lebih besar dari tangan saya, namun tangan tersebut cukup halus. Baru setelah mata kami dibuka dari penutup, saya bisa melihat siapa pemilik tangan yang saya gandeng tersebut, dan ternyata tangan itu adalah milik Yogek. Setelah usai acara pelantikan, Yogek kemudian berkata kepada saya bahwa tangannya tersebut kebetulan sebelum acara dimulai dia pakai untuk cebok dan dia belum mencuci tangannya setelah cebok. Seketika itu juga saya langsung mengumpat beberapa kata umpatan kepadanya dan bergegas menuju kamar mandi dan mencuci tangan saya berulang-ulang sampai entah berapa kali. (--")
**********
Yogyakarta, 1999
Suatu hari, saya sedang menunggu bis yang membawa saya pulang dari sekolah. Tiba-tiba Yogex dan motor grand-nya lewat di depan halte. Melihat saya berdiri di situ, dia menghentikan laju motornya dan dengan heroiknya menawarkan tumpangan kepada saya, "Meh bareng ra Liv??", dan tentu saja saya dengan riang gembira menyambut ajakannya. Lumayan ngirit 500 rupiah dan ga perlu berjalan dari Purawisata sampai Alkid.
Tanpa mengenakan helm, saya dengan cuek membonceng Yogex, dan kebetulan kami tahu jalan-jalan tikus yang bebas dari pak polisi, jadi aman-aman saja saya menumpang tanpa helm. Sampai di lampu merah pertigaan Bah Petruk [setelah prapatan Gondomanan], kebetulan lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Di pertigaan tersebut ada rambu lalu lintas "Lurus Jalan Terus", namun karena rute kami adalah belok kanan menuju jalan Ibu Ruswo kami seharusnya berhenti dan menunggu lampu merah menunjukkan warna hijau.
Bukan Yogex namanya kalo ga ugal-ugalan, walaupun dia tahu lampu menunjukkan warna merah, dengan heroik dia tetap membelokkan motornya ke kanan dengan pedenya karena di tempat itu memang tidak ada polisi. Namun tanpa dia sadari, dari arah jalan Ibu Ruswo ternyata ada sebuah bis Damri jalur 15 melaju menuju ke arah Purawisata yang tentu saja berbentrokan dengan arah laju motor kami. Weeeeeennnnnggggggggg...... Hampir saja bis Damri tersebut menyambar motor kami, dan untunglah Yogex dengan sigap berhasil menghindari dari sambaran bis tersebut, namun Yogex memang hanya manusia biasa yang tak luput dari halangan, karena walaupun berhasil selamat dari sambaran bis Damri, dia tetap tidak bisa lolos dari pisuhan-pisuhan dan umpatan-umpatan yang diteriakkan oleh kernet bis damri tersebut. Yeah, tapi kita mah cuek-cuek aja.. =)))
Ultah ke-17 Yogek. Coba tebak, kami yang mana?? =) [link source]
**********
Yogyakarta, 2002
Di suatu malam yang basah sehabis hujan besar, saya baru saja kehilangan orang yang saya cintai [pacar saya pada saat itu] sore harinya. Malam yang sangat melelahkan, berpindah-pindah dari lapangan sepakbola, ke RS Sardjito, berpindah lagi ke RS Panti Rapih, hingga berakhir di rumah duka orang tersebut. Air mata sudah kering dan saya sudah kenyang dengan berbagai ucapan turut berduka dan hiburan dari teman-teman saya. Namun masih ada seseorang yang belum saya temui karena orang tersebut kuliah di Solo, bukan di Jogja. Hingga tanpa saya sangka, orang tersebut hadir begitu saja, fresh from the Solo, setelah berjibaku dengan debu perjalanan, dan tanpa terasa air mata saya kembali mengalir dari mata saya, dan saya pun menangis di bahunya. Orang tersebut adalah Yogex, orang yang sangat mengerti keadaan saya dengan orang yang baru saja meninggalkan saya tersebut. Yogex yang mengerti semua kisah cinta saya dengan orang yang meninggal tersebut. Yogex yang merupakan sahabat kami berdua. At that moment, Yogex was one of my heroes.
**********
Yogyakarta, 2004
Pada suatu hari, teman-teman kami mengadakan pertandingan persahabatan sepakbola dengan rekan-rekan mantan saya [pacar saya pada saat itu]. Pertandingan tersebut diadakan di lapangan sepakbola SMA 3. Seperti yang telah diketahui banyak orang, Yogex sangat terkenal dengan stamina seperempat babaknya, alias belum ada half time doi udah minta diganti. Nah saat dia diganti, dia duduk di pinggir lapangan bersama saya dan mantan saya yang kebetulan pada saat itu juga sedang tidak main. Kebetulan pada saat itu ada sekumpulan anak-anak SD yang sedang diarak oleh gurunya untuk berolahraga di lapangan yang sama dengan kami tersebut. Di belakang arak-arakan anak SD tersebut, ada seorang gadis kecil yang sedang berjalan sambil menangis ditemani 2 orang temannya. Melihat hal tersebut, dengan heroik Yogex berjalan mendekati ketiga anak tersebut dan dengan lembut bertanya kepada anak yang menangis tersebut, "Kenapa dek???"
Gadis kecil yang menangis itu pun menjawab dengan mengulurkan dan memperlihatkan tangannya yang berlumuran *maaf* feses, sambil berkata, "e'ek di celana...".
Yogex pun langsung kaget melihat tangan yang berlumuran feses tersebut, lalu segera melupakan keheroikannya dan kabur dari ketiga anak tersebut sambil mengumpat-umpat dengan lambe koprolnya. Saya dan mantan saya yang menjadi saksi mata adegan tersebut tertawa terbahak-bahak melihat keheroikan Yogex yang sirna akibat gadis kecil tersebut cepirit di celana. =)))
**********
Yogyakarta, 2008
Awal tahun 2008 merupakan saat-saat yang cukup berat. Terutama setelah saya mengalami operasi lutut. Yogex dan sahabat kami, Rico Mascot merupakan beberapa orang yang sangat berperan bagi kesembuhan mental saya. Yogex dan Rico yang menghibur saya pada saat di rumah sakit. Yogex yang pada suatu malam datang ke rumah saya bersama Rena kekasihnya, spesial untuk menjenguk dan menghibur saya. Kemudian saya dengan penuh kekuatan senantiasa mengancam Yogex akan membocorkan rahasia-rahasianya ke Rena bila dia tidak mau menuruti kemauan saya, dan tentu saja Rena semakin penasaran ingin tahu tentang rahasia-rahasia apa saja yang diceritakan Yogex kepada saya. =))
Selang beberapa hari kemudian, saya meng-sms Yogex untuk pamit hendak memulai petualangan di jakarta, dan saya meminta doa restunya agar saya bisa betah di Jakarta, kemudian dia membalas sms saya: "Tentu saja takdoake, kamu sahabat terbaikku. Yogek-Elieve kanca saklawasé, sahabat tekan suk mben." Kemudian setelah Rico mengantarkan saya ke stasiun, Yogex secara spesial menelpon saya pada saat saya melakukan perjalanan kereta api menuju Jakarta. Sebuah kekuatan yang diberikan oleh sahabat-sahabat terbaik saya.
**********
Jakarta, 15 Oktober 2009
Pagi yang cerah, seharusnya saya giliran praktek siang, namun karena partner saya drh. Tika sakit perut, jadi saya terpaksa mandi pagi untuk menggantikan dia. Selesai saya mandi, ternyata di hape saya sudah ada beberapa miskol dari rekan saya Uki. Tak lama kemudian, Uki kembali menelpon, dan saya pun mengangkatnya.
Uki : Liv, kowe ngndi saiki??
Me : nang kost, bar adus, napa je??
Uki : Tak pethuk saiki nang kostmu, Yogek ora enek.
Me : He??? Opo?? Serius???
Uki : Tenanan, aku bar dikabari kanca kantore. Takpethuk saiki yo..
Me : Ok..ok..
Setelah menutup perbincangan tadi, saya hanya bisa hening, terdiam kebingungan. Lalu saya langsung menghubungi drh. Tika untuk membatalkan jadwal tukaran, dan segera berpakaian. Uki kemudian menjemput saya, dan kemi berdua segera meluncur menembus Menteng menuju kost Yogek di Cikini. Di perjalanan, hape saya berisik sekali, berteriak-teriak minta diangkat, dan ternyata Rico berulang kali berusaha menelpon saya, namun saya tidak mengangkatnya karena sedang di perjalanan.
Sesampai di kost Yogex, banyak orang dan polisi telah berada di tempat itu. Saya membuka hape saya, dan langsung menelpon Rico. Terdengar Rico mengangkat telponnya, dan mengucapkan kata "Halo..".
Dan saya saat itu hanya bisa berkata satu kata saja, "Cot.....".
Kemudian Rico juga hanya berkata, "Iyo Liv...". dan pada saat itulah tangis saya pecah, dan saya hanya dapat menangis di telepon tersebut dengan Rico di seberang sana dan entah apa yang sedang dia lakukan.
Saya dan Uki kemudian beranjak ke RSCM menyusul ambulance yang membawa jenazah Yogex. Hape masih saja berisik berisi telepon dan sms dari rekan-rekan kami. Di RSCM sudah ada Chandra, adik dari Yogex yang sudah saya kenal, namun watepiti myself si Chandra tidak mengenali wajah saya karena saya pada saat itu sudah ndut, sangat lain dengan saya bertahun-tahun yang lalu. (--") *tetot*
Petualangan saya dan Uki belum berakhir di situ, kami berdua beserta rekan kami Jumy meluncur ke Jogja, khusus spesial untuk mengucapkan salam perpisahan yang terakhir kepada Yogex. Di rumah duka sudah sangat penuh dengan para pelayat. Saya dan Brigitta berangkat bersama dan disana kami bertemu dengan rekan-rekan yang lain, termasuk rekan kami, mas Yudi, yang spesial datang dari pulau seberang. Di situ saya sudah siap mental apabila ada orang-orang yang tidak mengenali wajah saya lagi, sejak kejadian dengan Chandra yang tidak mengenali wajah saya kemarin. (--")
Masuk di rumah duka, saya menemui ibu Yogek dan saya harus mengulang kata-kata andalan saya, "Ini saya elip..". Yep ibuunya tidak mengenali wajah saya. Kemudian saya menyalami ayah Yogek, watta surprise, setelah saya mencium tangannya ayahnya langsung mengenali, bahkan memeluk saya dan mengatakan bahwa saya sahabat terbaik Yogek, sungguh kata-kata yang menyejukkan saya dan memberikan saya kekuatan untuk menemui dan menghibur Rena, pacar Yogek pada saat itu.
Keluar dari rumah duka, masih ada seseorang yang belum saya temui di situ, yaitu Rico. Dan saya kemudian melihat sosoknya berjalan bersama ibu, adik, dan pacarnya menuju ke rumah duka. Saya kemudian berlari menuju Rico, dan kami langsung berpelukan dan saya ingat pada saat itu saya berkata kepadanya, "Gapapa kan ya Cot ya.. gapapa kan ya??". Dan ibu Rico pun kemudian langsung memeluk saya dan berkata, "Ini ibu mbak Elip..", dan kembali saya seperti memiliki sesuatu kekuatan untuk melanjutkan acara ini. Dan thank God, saya dan Rico benar-benar bisa mengantarkan Yogek sampai ke peristirahatan terakhirnya.
Saya dengan kerudung abu-abu, Rico dengan topi merah, dan Yogek dengan salibnya. [link]
**********
Yogek dengan sapaan khasnya kepada saya, " Opooo nyuuukkk???", Yogek dengan jargon "Yoga sang penakluk wanita", Yogek yang memiliki lambe koprol ala Tridadi, Yogek yang menelpon saya khusus hanya untuk bergosip ria, Yogek yang dengan kata-kata gombalnya selalu berkata "Separo atiku nggo kowe.." kepada kami, Yogek yang pernah berkencan dengan teman kami dengan berbekal 10 ribu rupiah saja, dan yang paling utama adalah Yogek yang sangat heroik dan sangat kami cintai.
Genap 2 tahun jawa kamu meninggalkan kami, RIP gex.. I know u're doing just fine..
...kanca salawase,,sahabat tekan suk mben...
3 comments:
Huaaaaaaaaaaa...sedih makkk...mana lg kgn2nya sm bapakku abis mimpiin 2hari bturut2..tp lumayan thibur dgn bgn feses n ga dkenalin krn mgemuk :D tp cakep kok mak,dirimu wkt smp (yg tgh bkn y?ga lucu jg kl dah muji tnyt slh lg (˘_˘"))Bý τ♓є å♈ muda skali dirimu th 97 msh SMP smentara gw dah 2SMA *galau,thn dpn msk kpala 3 (⌣́_⌣̀)*
@fika hehehe,,sedih sih udh nggak kl aku.. cm kadang masih suka menampar2 pipi sendiri, niy orang beneran udh pergi ato kagak.. =)
Iyes bener tante, aku yg tengah, itu kelas 2 SMA kl ga salah, taun 2000, n sekarang umurku 17 tahun.. *sok imut* 8D
Posting Komentar