September to Remember ~ "I'm just a leaf,not a flower"
September to Remember | "I'm just a leaf,not a flower"

Selasa, 13 September 2011

September to Remember


Hari ini adalah tanggal 13 September 2011. Banyak peristiwa besar yang terjadi di bulan September, baik di tahun ini maupun tehun-tahun yang sudah berlalu. Yeah, as usual, selalu ada "seseorang" yang berulang tahun di bulan September ini. Lalu di hari ini, tepat 7 tahun yang lalu, my beloved mom passed away, n I am sure that she is doing just fine out there. Selain itu, 10 tahun yang lalu terjadi sebuah peristiwa besar di belahan bumi yang lain, dimana peristiwa ini sangat berpengaruh bagi mereka bahkan kita semua yang berada di belahan bumi yang lain, yaitu peristiwa 11 September 2001.




11 September 2001, saya resmi menjadi mahasiswa baru di Universitas Gadjah Mada. Saya sedang berada di Balairung UGM bersama pacar saya [pada saat itu] menikmati pertunjukan yang ditampilkan oleh Cak Nun bersama Kyai Kandjeng-nya di acara penutupan Ospek universitas [saya lupa apa namanya]. Pulang dari acara Ospek tersebut, ternyata sudah ditampilkan di televisi, rekaman adegan pesawat menabrak gedung kembar WTC, yang diputar berulang-ulang dan berulang-ulang kali. Sebuah peristiwa yang sangat merubah wajah dunia. Cap "TERORIS" dibubuhkan untuk sekelompok orang, dan pengkotak-kotakan karena identitas menjadi semakin diperjelas. Sebuah kisah yang entah itu skenario atau memang patogenesis peristiwa ini pun digaungkan sepanjang waktu. Jurang pemisah antara baik-buruk dan hitam-putih semakin dalam. Sesuatu yang dulu dianggap sebagai keanekaragaman atau diversity, menjadi semakin diperuncing dalam sisi perbedaannya. Sesuatu yang tidak patut untuk dipertanyakan ataupun diurusi kebenarannya menjadi sebuah polemik, yang semuanya berujung kepada nilai semu seseorang hanya didasarkan kepada identitas dan bendera yang menaungi dia.



Pengkotak-kotakan pun semakin terasa. Propaganda-propaganda dilakukan, baik yang eksplisit dari media masa, maupun yang implisit lewat jalur seni. Sejak September 2001 itulah dunia seni di belahan bumi yang lain dari kita itu berkembang menjadi sebuah propaganda yang kadang memuakkan. Syapa sih yang ga bosen liat tokoh penjahat pembunuh massal di film-film buatan Hollywood bisa dipastikan berkisar antara kulit hitam, wajah timur tengah, kepala berjenggot, atau bersorban. Mau tidak mau itu merupakan propaganda yang dibuat lewat jalur seni, dan mau tidak mau pula, sedikit-banyak hal tersebut tentu saja merasuk di dunia luas, sehingga membuat cap bahwa yang kearab-araban pasti jahat, dan the gud guy is white american people. Bagaimana dengan ras lain??? Yah paling kalo orang-orang hispanik pol-polan jadi pedagang narkoba ato senjata, trus kalo orang-orang keturunan eropa biasanya terlibat mafia, orang-orang sipit kulit kuning ya terlibat triad ato yakuza, TAPI ya tetep si teroris biasanya berwajah arab, berjenggot, dan bersorban. Propaganda yang membosankan!!


Baru saja saya menyelesaikan menonton satu episode yang sangat indah dari serial favorit saya, yaitu NCIS [baca postingan saya tentang NCIS yang lain disini]. NCIS [season 7] episode ini berjudul : FAITH. Episode ini merupakan episode natal, karena bersettingkan natal. Alkisah pada suatu pagi seperti biasa Gibbs dan timnya menyelidiki suatu kasus tentang kematian seorang marinir. Pada saat olah TKP, ternyata didapati marinir tersebut meninggal dalam posisi berlutut di sebuah taman yang dingin, dan setelah tubuh jenazahnya diangkat, ternyata di bawah lututnya ada sebuah kompas yang menunjuk ke arah timur dan sebuah sajadah. Dari situ diambil kesimpulan bahwa marinir tersebut dibunuh saat sedang menunaikan ibadah shalat di sebuah taman. Selidik punya selidik, marinir tersebut berasal dari keluarga marinir turun-temurun selama 3 generasi. Ayah dari marinir tersebut ternyata pensiunan marinir juga, dan sekarang sudah menjadi seorang pendeta, sedangkan adik dari marinir tersebut sedang menjalani pendidikan di Angkatan Laut. Sebuah hal yang sangat mengejutkan karena pak pendeta tersebut ternyata memiliki anak yang sudah 8 bulan menjadi mualaf, dan tentu saja hal tersebut menjadi pergolakan di antara keluarganya [ayah, istri, dan adiknya] dan teman-teman di kesatuan tugasnya. Sebuah konflik yang cukup sensitif ditampilkan di episode natal ini. Kematian seorang marinir mualaf yang ternyata ayahnya seorang pendeta, di saat menjelang hari natal.


Sepanjang episode, dikisahkan tentang pergolakan dan perjuangan sang almarhum marinir tersebut dalam memperjuangkan apa yang diyakininya. Dari kesaksian pembimbingnya dikisahkan bahwa sang marinir menemukan sesuatu yang dicarinya selama ini di dalam ajaran Islam, dan dia pun menerima semua penolakan dari keluarganya, dan bully dari rekan-rekan di kesatuannya, demi apa yang diyakininya. 




Kolonel [ayah marinir]

What I did was wrong but well-intentioned. And if it led to my son's death, then God forgive me, and Thom's God, too.
[Yang saya lakukan mungkin salah, namun maksud saya benar. Dan bila ternyata hal itu mengakibatkan kematian putra saya, maka Tuhan akan mengampuni saya... Begitu juga dengan Tuhan putra saya.]

Gibbs
One and the same, Colonel.
[Tuhan hanya ada satu dan sama, Kolonel]



Selain kisah utama kematian marinir tersebut, dikisahkan pula kisah-kisah kecil tentang Gibbs yang dikejutkan dengan kedatangan ayahnya, Tony yang berusaha menggoda wanita setengah baya HRD-nya yang dia sebut sebagai Mrs. Grinch, Ziva yang merupakan seorang Yahudi berusaha memahami tradisi Christmas [instead of Hanukkah], dan Abby yang berusaha merayu McGee agar mau membobol security satelit militer demi seorang anak yang sangat ingin bertemu dengan ibunya. Dialog-dialog cerdas dan lucu terpampang sepanjang episode ini bergulir, dan akhir yang cukup berani ditampilkan oleh episode ini. Dari hasil penyelidikan ternyata pembunuh marinir tersebut adalah adiknya sendiri. 


Adik Marinir
Dad, you got to believe me. Thom was embarrassing us. People were laughing at him. I did this for you.
[Ayah, kau harus percaya, Thom mempermalukan kita. Orang-orang mentertawakan dia. Aku melakukan ini untuk ayah.]

Ayah marinir
Thomas just wanted to find the good in people. He found his God, that humiliated me, but he was still my son. 
[Thomas hanya ingin menemukan kebaikan di dalam orang. Dia menemukan Tuhannya, dan itu mempermalukanku, tapi dia tetap anakku.]

Adik marinir 
But I'm your son, too. You taught us to be proud, you know. Proud of this family. And when Thom changed, everything changed, because the one thing this family always had was honor, and he ruined that.
I loved him so much, and he turned his back on us.
[Tapi aku juga anakmu. Kau mengajari kami untuk bangga terhadap keluarga ini. Dan saat Thom berubah, semuanya juga berubah. Yang dimiliki keluarga ini hanyalah kehormatan, dan dia mengacaukannya.
Aku menyayanginya, tapi dia meninggalkan kita.]

Ayah marinir
I don't know.Maybe we turned our back on him.
[Aku tidak tahu, mungkin kitalah yang memalingkan muka kita dari dia.]


The bad guy is a christian, the good guy is moslem, and it is a christmas episode. Sebuah terobosan impresif, baru, dan segar di dunia Hollywood, yang sangat bertentangan dengan propaganda yang selama ini dilakukan oleh film-film lain. Kisah yang menyadarkan kita, betapa bahwa sebenarnya kebaikan ada di setiap orang, tidak peduli apa identitasnya dan label yang dipanggulnya, dan kejahatan ada dimana saja tanpa memandang label maupun identitas. Kehormatan dan kebanggaan tidak lah sebanding bila harus menyakiti orang lain. Everybody just want to find the good in people.

Episode ini lalu diakhiri dengan adegan ayah marinir dengan seragam lengkap memberi hormat kepada jenazah anaknya yang dibawa keluar dari kamar mayat oleh Ducky dan Palmer, Tony yang diseret Ziva untuk memberikan hadiah kejutan natal kepada wanita setengah baya HRD NCIS, McGee yang berhasil membuat telekonfrens untuk keponakan teman Abby dengan ibunya di ruang MTAC [ruang telekonfrens yang sering dipakai oleh para petinggi-petinggi NCIS], dan Gibbs beserta ayahnya mengantarkan mainan-mainan kayu untuk anak-anak di rumah sakit. Dan semuanya itu diiringi backsound lagu Kangaroo Cry dari Blue October. So touchy and beautiful indeed for this Christmas episode. Dan merupakan episode yang sangat tepat untuk ditonton di bulan September ini.

Adengan closing di episode Faith [Ost. Crying Kangaroo - Blue October]

Well, every tears that we have shed on this past Septembers, hopefully would teach us to shine for this September and the future Septembers. September ceria milik kita bersama.. and as a friend of mine always said, God cheers us.. ;)

4 comments:

fika mengatakan...

turut bduka ya mak,atas almarhumah ibunya...baru liat potony di postingan sblmny.ayu ya mak..ekke jd ikutan sedih,soalny bapkku jg baru mninggal des kmrn.minta resep mak,biar ga tlalu sedih lg

tuanputriburukrupa mengatakan...

@fika makasih ya nyah..turut berduka cita bwt ayahnya njenengan.. Hopefuly time would heal everything,n may God cheers us.. :) btw,yg dipoto postingan sblm niy itu mamiku,ibuku yg baru.. Aku beruntung bgt punya 2 ibu yg cantik2 n baik.. :) God has His own wierd n fantastic plan for us Tante.. ;D

fika mengatakan...

Amin..lucky u :) Ah eh ohhhh maap yah makk...malunya diriku sotoyyy slh pulak (┌_┐) (┌_┐) (┌_┐) ....eh apa tu?ehhhhh capcusss yukkk, adinda rajia capcus kebong maaaaak... *ngalihin perhatian* *mokal*

tuanputriburukrupa mengatakan...

@fikaeh,,,eh,,eh,,mawar kemenong yey neekkk??? yey dicari ma satpol PP tuh... =p