ASL dan sepatu roda adalah tema kehidupan sehari-hari saya bulan ini. Watehel is ASL dan apa hubungannya dengan sepatu roda?? Jawabannya adalah tidak berhubungan sama sekali.
ASL adalah American Sign Language alias bahasa isyarat untuk tuna rungu versi Amerika. Ketertarikan saya mempelajari bahasa isyarat sebenarnya sudah dimulai sejak kuliah. Alkisah dulu teman saya, Anik pernah bercerita kepada saya bahwa dia melihat kejadian menarik di bis, yaitu : dia melihat ada 2 orang yang sedang asyik bercakap-cakap menggunakan bahasa isyarat di bis. Sejak mendengar cerita itu saya menjadi tertarik mempelajari bahasa isyarat. Lalu berbekal internet si warnet, mendonlotlah saya petunjuk cara mengeja alfabet dalam bahasa isyarat Malaysia, yang memang mirip dengan alfabet versi ASL. Nah sejak itu, saya menjadi hafal alfabet dalam bahasa isyarat dan mampu mengeja nama saya. Tapi ya hanya segitu saja, karena pada jaman itu internet adalah hal yang cukup mewah, sehingga saya tidak memiliki sarana yang cukup untuk belajar.
Di bulan Desember kemarin, Star World menyiarkan film serial baru yang berjudul "Switched At Birth" [SAB.red]. Dari judulnya saya sudah pesimis dengan serial itu, karena saya membayangkan pasti ceritanya klise, menye-menye, persis kaya sicknetron "Putri Yang Disunat" eh salah, "Putri Yang Ditukar" nding.. :D
Tapi ternyata dugaan saya tersebut salah. Pertama, di serial SAB tersebut kagak ada Nikita Willy dan Pak Prabu, yang merupakan ikon dari sicknetron "Putri Yang Ditukar". Kedua, serial SAB ini dari segi cerita cukup menarik, 2 anak yang tertukar saat dilahirkan di rumah sakit, dan ternyata yang seorang merupakan tuna rungu. Dan yang ketiga, sehubungan ada tokoh yang tuna rungu tersebut, maka serial ini ditaburi berbagai dialog menggunakan bahasa isyarat, yang tentu saja karena ini serial dari Amerika maka yang digunakan adalah bahasa isyarat versi ASL.
Sehubungan banyaknya dialog yang digunakan dengan ASL itulah, hasrat saya untuk belajar bahasa isyarat menjadi bersemi kembali layaknya gebetan lama tak jumpa yang muncul lagi. Saya kemudian gugling dan mendonlot buku-buku tutorial tentang ASL [contoh: The Complete Idiot's Guide to Learning Sign Language], berlangganan website yang mengajarkan ASL [link], dan mulai membaca-baca tentang kultur "deaf people vs hearing people". Sebagai awalan, saya mulai belajar untuk berkata "Hey, my name is elieve, and I'm a Vet, an animal doctor." dengan ASL. Lalu saya mulai mempelajari tentang anggota-anggota keluarga seperti dad, mom, brother, sister, dll. Tahap berikutnya adalah mempelajari nama-nama makanan, dan favorit saya tentu saja pada saat meng-sign Pizza, makanan favorit saya. Setelah itu, cara belajar saya mulai acak-adut, seiring serialnya semakin sering saya tonton dan tentu saja saya semakin pengen segera bisa seperti tokoh-tokoh yang ada di serial tersebut, dan semakin saya berusaha meraup ilmu lebih banyak, semakin mbledhoslah saya. (--")
Grammar ASL memang cukup unik. Berbeda dengan BSL [British Sign Language.red] yang lebih banyak mengeja alfabet dan berbeda juga dengan SEE [Signed Exact Language.red] yang menggunakan grammar sama persis dengan grammar English. Nah, yang saya pelajari ini kemungkinan [karena saya belajar otodidak] merupakan bahasa PSL [Pidgin Sign Language.red], yaitu gabungan antara ASL dan SEE. Sebagai gambaran, bahasa yang saya lakukan tersebut mirip dengan keseharian saya, mencampuradukkan bahasa Indonesia, bahasa bencong, bahasa Jawa, dan bahasa Inggris. Yah, memang ditilik dari karakter saya, PSE memang lebih cocok untuk saya.
I Love You [ASL.red]
Seperti halnya rekan saya ingus meler yang belajar bahasa Inggris dari Star World, saya juga belajar sign language ini dari televisi. Namun belajar ASL ini lebih kompleks daripada sekedar belajar bahasa Inggris, karena ASL merupakan bahasa yang berdasarkan dari bahasa Inggris, sedangkan bahasa Inggris juga hanya sebagai 4th language saya [#1 Bahasa Indonesia, #2 Bahasa Jawa, #3 Bahasa bencong.red]. Jadi saya harus menterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, baru kemudian menterjemahkannya lagi ke dalam ASL. Rempong boookkk!! Lalu tanpa sengaja kemudian saya menemukan cara yang lebih efektif dan cepat untuk belajar, yaitu menggunakan lagu. Dulu saat SD, saat les bahasa Inggris, saya merasa lebih nyaman dan cepat belajar menggunakan lagu, dan kemudian saya mencoba menggunakan lagu untuk belajar ASL ini Dan kemudian tanpa sengaja saya menemukan sebuah video klip "Hero"-nya Enrique Iglesias yang dibawakan oleh Sean Bardy [pemeran tokoh Emmet Bledshoe dalam serial SAB.red] dengan sangat indah dan emosional. Sebenarnya, saya tidak begitu suka lagu itu, karena so menye-menye bembi dan dibawakan oleh Enrique pada saat beliau belum operasi tahi lalat di pipinya [njut ngopo??!!! =D], TAPI sehubungan diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, maka terpaksa saya menyimak video klip tersebut.
Daaaaaaaannnnnn... Ternyata hal tersebut sangat efektif. Paling tidak saya sekarang sudah bisa full menyanyikan lagu menye-menye tersebut. Lagu tersebut memang cukup simpel kata-kata dan kalimat-kalimatnya, tempo yang enak untuk diikuti, dan Sean Berdy di klip ini tampak so gorgeous and awesome. Nah dari situ, saya kemudian menggugling lagi, lagu apa yang enak untuk belajar, dan ternyata sampailah saya pada sebuah lagu menye-menye [lagi] yang tak lain dan tak bukan lebih menye-menye dari si Enrique, yaitu "Someone Like You"-nya Adele". Dziiiiinnnnngggg... Actually, I prefer killing myself rather than singing this song. Really, Adele??!! Plis deh Del!! How old are you boookkk??!! Baru 23 kan ente. Hampir 70% manusia berstatus single di usia eikye pernah ditinggal kawin ma mantan pacar, TAPI plis deh, kagak usah menye lebay gitu nape??!! --> Oq malah dadi berisik ma Adele kiy piye??!! Salah fokus.. (--")
Namun, apa boleh buat, demi kegiatan belajar-mengajar, terpaksalah saya bertekuk lutut kepada mbak Adele, dan belajar melagukan lagu tersebut versi ASL-nya. Dan sekarang saya sudah bisa, karena sudah berpuluh-puluh kali saya menyetel lagu dan youtubenya. Ohemje... (--")
Anyhoo, begitulah sodara-sodara.... Sampe sekarang saya masih dalam tahapan belajar. Masih berusaha bernyanyi lebih banyak lagu menggunakan ASL. Masih sangat jauh untuk bisa menangkap pembicaraan antara tokoh Emmet dengan ibunya yang sama-sama tuna rungu dan tuna wicara, karena mereka cuepet banget ngesign-nya. Tapi paling tidak, untuk percakapan antara hearing dan deaf-nya sudah bisa menangkap, walau masih terpatah-patah. Harapan saya, semoga saya lebih rajin belajar ASL dan segera menguasainya, sehingga ASL bisa menjadi bahasa #5 saya. Untuk kegiatan bersepatu roda, lain kali saya ceritakan juga, dan semoga temen-temen kagak bosan membaca blog ini. ;)
Oiya, mulai postingan ini, setiap postingan akan saya beri theme song-nya alias lagu yang saya putar dalam rangka menemani saya menulis. Dan untuk postingan ini, theme songnya adalah : "Running Up That Hill" yang telah menjadi sontrek berbagai film dan telah dicover dalam berbagai versi, yaitu versi klasik Kate Bush, versi merenungnya Placebo, versi metalnya Icon and The Black rose, versi orkestranya Within Temptation, versi pianonya Little Boots, dan versi akustiknya Kerli [link].
And if I only could,
Make a deal with God,
And get him to swap our places,
Be running up that road,
Be running up that hill,
Be running up that building.
If I only could.
0 comments:
Posting Komentar